Minggu, 25 September 2011

Tepuk Tangan (Banyak-Banyak) Buat Mereka yang Berpangkat

Banyak hal yang biasa dilakukan oleh kita untuk mengapresiasi orang. Salah satunya adalah dengan bertepuk tangan. Tapi, apakah tepuk tangan sudah diberikan kepada mereka yang memang pantas mendapatkannya? Di negara kita, tepuk tangan kini lebih banyak diberikan kepada mereka yang berpangkat, atau lebih dikenal sebagai PEJABAT.

Pada sebuah acara penting, biasanya ada pejabat yang diundang sekadar untuk menghadiri acara atau untuk membuka acara tersebut.
Dan seringkali terjadi, ketika acara sudah masuk pada waktu yang sudah direncanakan, dan peserta acara sudah memenuhi ruangan acara, orang-orang yang disebut pejabat itu belum juga datang. Namun karena anggapan pentingnya kehadiran mereka, maka acara akan diundur (sehingga tak salah mengatakan, "Orang Indonesia itu lelet" atau "jam karet adalah budaya Indonesia"). Dan hebatnya, yang terjadi ketika mereka datang, mereka akan disambut dengan meriahnya tepuk tangan, "plok...plok...plok...!!!". Kereeeeenn..!!! :)

Memang tak selamanya mereka disambut dengan tepukan tangan, tapi tetap ujung-ujungnya mereka akan mendapatkan(tepuk-tangan)nya. Situasinya, ketika mereka tiba, di ruangan yang dipenuhi oleh peserta acara yang sedari tadi menunggu kehadirannya, tak ada yang memberinya sambutan berupa tepuk tangan, meski hanya sekadar"mempersilahkan" untuk menempati tempat duduk spesial yang memang telah disediakan untuknya. Yakin saja, mereka akan melongo, diam kebingungan, menoleh ke sana ke mari, seakan mencari sesuatu yang hilang, dengan mimik muka mengharapkan sesuatu yang dianggapnya sebagai sebuah penghargaan, meskipun mereka sadar mungkin dia sudah kurang pantas mendapatkannya karena keterlambatan yang mungkin diakibatkan karena kesibukannya sebagai pejabat. Ingat, pejabat itu penting lho!!! Jadi wajar saja kalau mereka sibuk. Maka berilah mereka tepukan tangan, maka akan dibalasnya dengan senyum sumringah, dengan lambaian tangan ke semua penjuru, layaknya seorang vokalis band masa kini. Dan itulah yang mereka harapkan.

Tak berhenti disitu, jika pada kesempatan itu mereka mendapat kepercayaan untuk memberikan sambutan, yang biasa disebut "sepatah kata dari sang pejabat", maka tentunya mereka akan mendapatkan tepuk tangan (lagi). Sungguh penghargaan yang berlebih kepada mereka yang berpangkat. Setelah ngoceh sana sini, berkotek ini itu, tibalah saatnya mereka turun dari mimbar kebanggaannya, yang ketika mereka tutup dengan "salam" atau "terima kasih" maka tepuk tangan akan kembali membahana dalam ruangan acara memberikan apresiasi besar terhadap apa yang telah disampaikannya, meskipun kadang beberapa dari peserta yang bertepuk tangan tak terlalu menikmatinya. Maka senanglah mereka mendapatkan tepuk tangan itu.

Pertanyaannya, apakah tepukan tangan itu sesuatu yang wajar diberikan kepada mereka? Seorang Qori atau Qoriah usai membacakan ayat suci Al Quran, yang telah mempersembahkan karya yang begitu indah dalam alunan ayat-ayat suci, pada acara kecil hingga sebesar apa pun tak pernah mendapatkan tepuk tangan. Bahkan itu dilarang dalam perspektif Islam. Padahal merekalah orang-orang yang telah mempersembahkan karya yang justru sangat pantas untuk diberikan apresiasi. Lho, kok para pejabat yang hanya datang, ngoceh, dan berterima kasih itu yang mendapatkan apresiasi berupa tepuk tangan? Meriah lagi. -_-''

Ternyata, Islam melarang itu demi menghindarkan manusia dari kesombongan. Mereka yang mendapatkan tepukan tangan akan sedikit merasa bangga, dan kebanggaan itu sedikit demi sedikit akan menjadi kesombongan. Betul atau tidak sebenarnya kembali kepada pribadi masing-masing. Tak apalah memberikan tepukan tangan kepada mereka yang berpangkat, asalkan mereka juga sering-sering memperhatikan orang-orang kecil yang setia memberinya tepukan tangan. Meriah pula. :P

_KarungBeras_

0 comment:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...